Dosen dan HMPS IAT Idaqu Ziarah ke Makan Guru Mansur
Bulan Sya’ban akan berakhir dalam beberapa waktu ini, dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, Dosen dan Mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Institut Daarul Qur`an Jakarta melaksanakan ziarah ke makam Guru Muhammad Mansur yang terletak di komplek Masjid Jami’ Al-Mansur di Jembatan Lima, Jakarta Barat pada hari Ahad (12/03).
Dosen yang diwakili oleh Sekretaris Prodi yakni Jaka Ghianovan turut serta menemani rombongan mahasiswa yang diwakili oleh Himpunan Mahasiswa Prodi IDAQU beserta beberapa mahasiswi IAT semester 2 dalam acara ini. Sebelum berangkat menuju lokasi, rombongan berkumpul di kampus terlebih dahulu. Kemudian berangkat menggunakan Kereta Listrik Ke Angke. Sesampainya di lokasi, peserta langsung menuju ke komplek pemakaman di samping Masjid untuk melaksanakan pembacaan surat Yasin dan Tahlilan. Kegiatan ini dipimpin oleh Wajihi Firda, mahasiswa IAT semester 4 asal Kepulauan Riau. Setelah melaksanakan Tahlil, tidak lupa ketua HMPS IAT yakni Mohammad Fakhrul Islam, mahasiswa semester 6 mengajak peserta menyenandungkan syair ‘Ibadallah Rijalallah. Arek Gresik tersebut menjelaskan hal ini sebagai pengingat akan jasa orang Soleh yang terus dikenang sepanjang masa.
Pasca Tahlilan, peserta bergeser ke dalam Masjid untuk melakukan diskusi tentang Buyut dari Ustad Yusuf Mansur tersebut. Diskusi dipimpin langsung oleh Syahla Cantika Rahman, mahasiswi IAT semester 4. Perempuan asal Sampit, Kalteng ini menjelaskan mengenai sejarah hidup sang maestro Ilmu Falak asal Betawi dengan lugas dan jelas. Sejak dari sejarah lahir, kemudian perjuangan Guru Mansur pasca Haji tahun 1898 lalu kiprah beliau dalam perjuangan kemerdekaan bangsa turut serta dijelaskan. Syahla memaparkan perjuangan beliau dalam membela bangsa seperti turut serta dalam membela keberadaan Masjid Al-Makmur Cikini yang sempat akan digusur pada era 1920-an. Kemudian kisah Guru Mansur yang berani mengibarkan bendera Merah Putih di Menara Masjid ketika ibukota pindah ke Yogyakarta. Syahla menjelaskan kepada peserta akan pentingnya kegiatan ziarah selain untuk mengingat kematian, hal ini berfungsi pula untuk mengenal sejarah dari tokoh yang diziarahi khususnya Guru Mansur.
Berkaitan dengan sejarah Guru Mansur, Sekretaris Prodi IAT yakni Jaka Ghianovan turut serta memperkuat penjelasan Syahla. Pria yang akrab dipanggil dengan Cak Jaka menerangkan sejarah Guru Mansur ketika membela Masjid Al-Makmur bersama Haji Agus Salim dan tokoh Sarekat Islam lainnya. Selain itu, Cak Jaka turut serta menjelaskan terkait keberanian Guru Mansur mengibarkan Sang Saka. Dosen IAT ini mengajak peserta bertamasya dalam pikiran untuk memberi gambaran mengenai Indonesia pasca terjadinya perjanjian Renville pada 1947. Ketika ibukota pindah ke Yogyakarta, Jakarta dan Jawa Barat dikuasai oleh Belanda sebagai pemenang perjanjian tersebut. Otomatis roda pemerintahan pun berubah, sehingga Belanda kembali menancapkan pengaruhnya di Jakarta. Namun, karena keyakinan Guru Mansur akan kemerdekaan Indonesia, maka dengan gagah berani beliau mengibarkan Sang Dwi Warna di atas Masjid sebagai tindakan patriot.
Kegiatan diskusi pun diakhiri dengan sesi foto bersama di pelataran Masjid, kemudian dilanjutkan dengan Sholat berjamaah di Masjid Jami’ Al-Mansur. Semoga kegiatan ini tetap berlangsung sebagai langkah menghindari amnesia sejarah. Wallahu A’lam.