• 021-31-118-118
  • info@idaqu.ac.id
  • Cipondoh, Tangerang, Banten
Artikel
TEMUKAN KEMBALI BAKAT KADER

TEMUKAN KEMBALI BAKAT KADER

(Refleksi Jati Diri Mahasiswa Tafsir dan Hadis)

Oleh

Jaka Ghianovan, S.Th.I, M.Ag

(Sekretaris Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Institut Daarul Qur`an Jakarta)

Sebuah tulisan ringan sebagai refleksi bagi seluruh kawan-kawan yang tergabung dalam mahasiswa Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir juga selainnya. Sebagai mahasiswa tentunya memiliki kewajiban yang terangkum dalam tridharma perguruan tinggi yakni Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Ketiga unsur tersebut dalam mengisi antara satu dengan yang lain. Namun, pertanyaan mendasar adalah apakah seluruh mahasiswa mampu mencapai ketiga unsur tersebut secara paripurna?. Mungkin ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengurus himpunan mahasiswa IAT atau IQT. Begitu pula mahasiswa prodi lain selain rumpun Ushuluddin.

Jika melihat tipikal mahasiswa, dapat dipahami ada tipikal kuliah rapat-kuliah rapat (kura-kura), kuliah pulang-kuliah pulang (kupu-kupu), juga ada yang menggabungkan keduanya. Selain itu ada pula yang menjadi intelektual murni, lalu ada aktivis murni juga ada yang gabungan keduanya atau intelektual cum aktivis. Berkaca dari ini, penting bagi pengurus Himpunan Mahasiswa Prodi atau Jurusan juga asosiasi mahasiswa prodi tertentu seperti FKMTHI, ASILHA, FORMADINA, dan lain-lain untuk memetakan kembali potensi yang dimiliki oleh masing-masing kader.

Apabila meninjau pada ranah mahasiswa Ushuluddin, memang materi yang diajarkan seputar dasar-dasar keagamaan seperti Al-Qur`an, Tafsir, Hadis, bahkan Filsafat. Semua mempelajari ilu-ilmu keagamaan secara formal. Namun, yang menjadi perhatian disini, tidak semua daripada mahasiswa Ushuluddin memiliki kepakaran dalam bidang tersebut. Tentu setelah belajar, mereka memiliki pengalaman masing-masing hingga memunculkan output yang berbeda. Sehingga tidak ayal bila mahasiswa prodi tertentu di kemudian hari akan tampil berbeda dengan apa yang diproyeksikan oleh prodinya.

Sebagai alumni dari jurusan Tafsir Hadis di perguruan tinggi ternama di Surabaya, kami ingin berbagi dengan kawan-kawan mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir juga Ilmu Hadis khususnya di wilayah Jakarta dan Banten. Tidak hanya HMPS atau HIMA semata, kami ingin pula berbagi dengan aktivis FKMTHI (Forum Komunikasi Mahasiwa Tafsir Hadis Indonesia).

Refleksi untuk kembali menguatkan kembali jati diri mahasiwa Tafsir dan Hadis khusunya untuk HMP atau HIMA juga FKMTHI, mari kita renungkan kembali firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 122 yang berarti “Tidak semua orang beriman maju ke medan perang. Maka mengapa tidak ada satu kelompok yang bertahan untuk memperdalam ilmu agama dan memberi peringatan kepada kaum bila mereka kembali kepada mereka (masyarakat) agar mereka waspada”.

Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa tidak semua turun ke medan perang. Redaksi Ta`ifah pada ayat tersebut bermakna sekelompok atau komunitas (Jamaah). Menurut Abdullah ibn Abbas sebagaimana dikutip ibn Arabi dalam kitab Ahkam al-Qur`an dijelaskan bahwa ayat ini turun terkait dengan sekelompok kaum Muslim yang ikut pergi bertempur dalam peristiwa Tabuk dan meninggalkan Rasulullah Saw. Sendiri di Madinah. Pasca pertempuran, pasukan kembali ke markas untuk menemui Nabi Muhammad Saw. Lalu turunlah ayat tersebut kepada Nabi Saw (Jilid 4, hal. ). Masih menurut ibn Arabi, jika dikaitkan dengan ayat 12 surat at-Taubah yang menyatakan semua harus turut berperang mempertahankan Madinah dari serangan musuh, maka ayat ke 12 tersebut dinasakh atau dianulir dengan ayat ini. Sehingga, keberadaan sekelompok orang ini dapat kembali menguprgade keilmuan terkait dengan keagamaan hingga dapat memberi penerangan kepada kaum Muslimin terkait hukum dan rahasia Al-Qur`an (Jilid 2, hal. 601-602)

Menurut Hamka dalam karya monumentalnya, Tafsir Al-Azhar, terkait ayat ini dipahami dengan perlunya ada pembagian tugas bagi kaum Muslimin. Apabila pada beberapa ayat sebelumnya terdapat seruan untuk berperang bagi seluruh kaum Muslim yang tinggal di Madinah juga sekitarnya, maka pada ayat ini perlu dikasifikasikan kembali mengenai siapa yang berhak untuk maju ke laga tempur yang bersifat fisik dan siapa yang berada di belakang layar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan juga untuk berdakwah. Maju ke medan perang merupakan kehormatan karena akan dikenang oleh masyarakat sebagai pahlawan, namun keberadaan orang-orang yang fokus untuk mendalami spesifikasi keilmuan tertentu juga penting, karena selain berjuang  dengan pena, mereka pun juga turut menyumbangkan ide dan gagasan untuk keberlangsungan hidup di kemudian hari (Jilid 4, hal. 3166-3170)

Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqie dalam Tafsir An-Nuur juga berpendapat bahwa ayat ini menekankan pentingnya ilmu agar dapat dikembangkan untuk kemaslahatan umum disamping berjihad dan membela tanah air. Memang jika negara dalam kondisi genting, maka berlaku hukum Jihad semesta yang pastinya terdapat mobilisasi umum pada masyarakat untuk turut serta membela negara, namun tidak semua harus menjadi tentara yang mengangkat senjata, perlu pula terdapat sekelompok yang mempelajari keilmuan tertentu agar dapat mewujudkan kebijakan yang bermanfaat di kemudian hari (Jilid 2, hal. 1760-1761).

Melihat potensi mahasiswa prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir juga Ilmu Hadis, begitu pula mahasiswa rumpun ilmu Ushuluddin, maka penting bagi pemangku kebijakan ranah mahasiswa khusunya FKMTHI juga para HMPS/HIMA memetakan kembali potensi yang dimiliki oleh masing-masing kader. Tidak seluruh kader harus menjadi intelektual yang fokus pada penelitian semata. Perlu pula mewujudkan kader yang menjadi guru atau pengajar bagi pelajar sekolah menengah juga guru ngaji di masyarakat. Begitu pula bagi yang memiliki jiwa sosial, maka penting untuk mengkader orang-orang yang siap bergelut di bidang sosial kemasyarakatan. Terlebih dalam dunia mahasiswa yang tidak asing dengan politik, maka perlu untuk mewakafkan kadernya pada partai politik yang ada di kampus juga politik secara umum. Sehingga, tidak semua mahasiswa FKMTHI berada di menara gading intelektual kampus. Namun perlu ada mereka yang menjadi politisi, penggerak UMKM, guru ngaji, Muballigh bahkan aktivis lingkungan juga masyarakat yang paham akan nilai-nilai Islam berdasarkan Al-Qur`an dan Hadis.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya jika ditinjau dari sudut pandang wilayah khususnya Jakarta dan Banten, seluruh prodi ilmu Al-Qur`an dan Tafsir memiliki keunikan khas. Sebut saja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai mercusuar keilmuan Islam di Indonesia yang memiliki spesifikasi kajian Al-Qur`an dengan pendekatan keilmuan modern ala barat seperti hermeneutika. Lalu adapula Universitas PTIQ juga IIQ yang fokus dalam pengembangan kajian Al-Qur`an klasik. Ada pula STFI Sadra yang terdapat jurusan Tafsir yang fokus pada penafsiran ala Syiah. Di wilayah kota Tangerang terdapat STAI As-Syukriyah yang fokus pada kajian tafsir pergerakan (Haroki) dan IDAQU yang memiliki kekhasan berupa tafsir Indonesia juga pengembangan DAQU Method. Bergerak ke barat yakni UIN Maulana Hasanuddin Banten yang tentunya fokus pada kajian Tafsir modern dengan tetap memperhatikan kearifan lokal.

Berdasarkan potensi yang dimiliki, maka FKMTHI perlu untuk mengakomodir seluruh potensi yang dimiliki setiap prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir di wilayah Jakarta dan Banten. Begitu pula dengan prodi Ilmu Hadis yang ada di wilayah tersebut. Sehingga FKMTHI perlu mewujudkan tridharma perguruan tinggi dengan mengadakan kolaborasi di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga mahasiswa Tafsir dan Hadis tidak dipandang rendah oleh masyarakat. Tentu hal ini butuh tahapan juga keistiqomahan dari para anggota. Namun, niatkanlah dahulu hal ini, semoga di kemudian hari dapat terwujud.

Sebagai penutup tulisan, mari kembali kita renungkan dan tadabbur terhadap surat at-Taubah ayat 122 bagi kemajuan mahasiswa rumpun Ushuluddin khususnya prodi Tafsir dan Hadis. Sehingga, dengan demikian selain dalam mengajarkan dan memahamkan Risalah Langit pada masyarakat, dapat pula mengaplikasikan sabda Nabi Saw Khayr an-Nas Anfa’uhum Li an-Nas atau sebaik-baik manusia adalah yang dapat bermanfaat bagi lainnya. Wallahu A’lam

Salam Tafsir Hadis

Garuda di Dadaku, Al-Qur`an-Hadis di Hatiku

23 Views

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *